Senin, 30 Mei 2011

Beginilah Gaya Turis di Menara Pisa...

Saat saya sedang asyik mengambil gambar menara Pisa, saya dibuat kaget oleh seorang turis asia yang memonyongkan mulutnya bagaikan hendak mencium pipi saya! Halah, ternyata dirinya sedang bergaya untuk difoto, seolah-olah sedang mencium si menara yang menjadi incaran utama obyek wisata di Italia. Kirain....

Liburan terakhir kami di Italia adalah mengunjungi kota Pisa. Kota yang sudah lama menjadi rengekan si sulung, Adam, karena penasaran ingin melihat menara miring. Kebetulan memang kota Pisa berdekatan dengan kota Firenze, jadilah kota yang tersohor di seluruh dunia ini, menutup liburan kami di Italia.

Saat memasuki kota Pisa, suasana berbeda sekali dengan di Firenze. Hawa lebih hangat dan bau turis pun, istilahnya bagi saya, berbeda. Mungkin hanya perasaan saya saja, namun mata dan hati saya melihatnya beda sekali. Bila di Firenze, saya merasa dikelilingi oleh karya seni, perasaan saya sepertinya memasuki celah dunia lain. Bagaikan sebuah lukisan dengan dasar warna kelam, bangunan berbatu gelap menjulang namun bila lukisan itu itu terobek warna warni pelangi yang muncrat menyebari kanvas lukisan. Firenze juga merupakan kota yang sangat padat dengan turis, namun keberadaan dan keramaian turis yang ada di kota Pisa, terlihat lebih semarak.

Beginilah Gaya Turis di Menara Pisa...

Kami pun merasakan hal yang berbeda di sini, hati terasa lebih riang dan ikutan heboh melihat wisatawan yang datang bergaya serba aneh. Begitu memasuki gerbang kota tua Pisa, mata segera bertemu dengan panjangnya kios souvenir, manusia dimana-mana dengan kamera foto, orang bertingkah kocak. Biasanya kan kalau difoto, gaya orang suka dibuat sekeren mungkin. Pokoknya, terlihat gaya dengan senyum semanis mungkin, dan posisi badan sebaik mungkin, apalagi wanita kalau bisa terlihat seksilah. Nah! Di depan menara Pisa ini, yang ada, para manusia, gayanya luar biasa konyol. Semuanya itu mereka lakukan demi mendapatkan gambar seolah-olah sedang menyentuh, merangkul, menahan, mendorong hingga mencium si menara miring....

Kata suami saya, Kang Dadang... "He-he-he-he... menaranya miring sih, jadi orang-orangnya ikutan miring!'. Ahhh bisa aja!

Tapi, itulah kehebatan si menara, kami pun yang ikutan meledek pengunjung karena terlihat kocak, ehhh ujung-ujungnya kami berempat juga terhipnotis melakukan kekonyolan yang sama, ya tentunya untuk tujuan yang sama dengan wisatawan lainnya. Kedua anak kami sampai kesal, karena harus bergaya lama dan tak boleh bergerak, agar ibunya bisa mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Karena memang tak mudah memotret rekayasa...

Menara Pisa

Setelah puas, mengambil gambar. Saatnya mengunjungi beberapa bangunan bersejarah di kota ini. Kami memulai tentunya dari menara Pisa. Menara Pisa dibangun tanggal 9 Agustus 1173 saat memasuki tahap lantai ketiga, posisi menara sudah terlihat menjadi miring. Ada yang menyatakan karena dibangun di atas tanah yang lembek sehingga fondasi menara bergerak. Namun ada juga yang menyatakan kesalahan dalam konstruksi pembangunan. Sampai saat ini tak ada yang tahu sebab pastinya. Maka setelah lantai ketiga selesai dibuat yaitu tahun 1178, pembangunan menara terhenti selama 90 tahun.

Sembilan puluh tahun berikutnya, empat lantai mulai dibangun kembali. Dan berhubung si menara sudah miring, maka pembangunan berikutnya pun mengikuti kemiringan si menara, menurut sejarah agar tak terlihat bengkok. Sekali lagi, pembangunan kembali terhenti di tahun 1301. Barulah pada di tahun 1372 pembangunan menara terselesaikan dan lonceng-lonceng dipasang.

Menara Pisa, sempat ditutup bagi umum pada di awal tahun 1990. Alasannya ditutup, dikarenakan bangunan yang menyedot wisatawan mancanegara nomor 1 di Italia ini, dianggap mulai mengalami kerusakan, dan si bangunan pun menjadi semakin miring diperkirakan antara 4 hingga 5 meter kemiringannya.

Setelah menelan biaya hingga 28 juta euros untuk perbaikannya, di pertengahan bulan Desember tahun 2001 barulah menara Pisa kembali dibuka bagi umum. Para ahli melakukan hipotesa, ada yang berpendapat bangunan berketinggian 55,86 meter pada bagian selatan dan 56,70 meter bagian utara (karena miring maka ukurannya pun berbeda), dapat bertahan kurang lebih selama 300 tahun lagi. Namun menurut para ilmuwan, jika menara pisa terus diperbolehkan bagi pengunjung untuk memasukinya, kemungkinan besar bangunan bersejarah itu tak bisa bertahan hingga 300 tahun.

Karena itu, proyek selanjutnya bagi menara Pisa, adalah membuang beberapa bagian dalam bangunan, agar lebih ringan. Maka dari dalam menara nantinya akan terlihat bagaikan sebuah ceropong langit, seperti sebelum tahun 1935.

Boleh dibilang suatu keberuntungan, justru berkat kemiringan si menara yang pada awalnya dikarenakan suatu masalah, kota Pisa hingga kini menjadi tujuan utama wisatawan mancanegara di Italia.

Kota Pisa sempat dikuasai pembajak Arab

Sebenarnya di kota Pisa, tidak hanya Si Menara Pisa saja yang layak dikunjungi. Karena dari gerbang masuk kota tua Pisa, tiga buah bangunan megah langsung menghentakan pandangan mata. Yaitu Battistero di San Giovanni (baptistery chatedral), Chatedral Pisa dan menara Pisa. Seandainya si menara tak miring, mungkin bangunan indah itu akan terhalang. Justru karena kemiringannya, maka sebuah menara terlihat bagaikan meliukan tubuhnya menampakkan diri.

Kami mendatangi Battistero di San Giovanni, sebuah bangunan bundar. Dari dalam bangunan yang mendapatkan gelar sebagai bangunan bersejarah penting dalam catatat UNESCO, kita bisa melihat pilar-pilar yang terbuat dari batu marmer putih. Bangunan yang dibangun pada tahun 1153 oleh hasil karya arsitektur Diotisalvi ini, bila sedang beruntung maka kita bisa mendengar seorang petugas yang akan memainkan nada suaranya, hingga gema suara terdengar bersautan. Begitu indah hingga membuat bulu kuduk merinding!!

Usai si petugas wanita memainkan nada suaranya, seorang turis tak jauh dari saya, ikut-ikutan sok menyanyikan lagu seriosa... Hasilnya, dirinya kena dampratan si petugas, yang berteriak, "diam!!". Nasib.... he-he-he mau pamer malah kena semprot, halahhh...

Lalu, kami meneruskan kunjungan ke Camposanto. Yaitu tempat makam sakral. Makam yang berada dilantai dan disapu oleh kaki para pengunjung bikin saya agak risih. Tapi memang seperti itu di sana ya mau bilang apa, lagian kalau tak terinjak yang ada untuk jalanpun sulit sekali, harus loncat atau terbang... karena makamnya rata bagaikan sebuah lantai biasa, hanya terdapat simbol-simbol kematian. Ada yang seram gambarnya ada juga yang lucu. Dan disekelilingnya terdapat tembok dengan lukisan sangat indah.

Sayangnya, banyak lukisan yang sudah rusak hingga warna warninya pun tak terlihat lagi. Maka untuk menikmati keindahannya harus melihat secara dekat dan teliti, apalagi goresan kuas dari lukisan tersebut menggambarkan sejarah yang kebanyakan dari kitab umat Kristiani.

Bangunan bersejarah lainnya bisa kita kunjungi adalah, Katedral Pisa atau nama Italianya adalah Duomo di Santa Maria Assunta. Sayang sekali pada saat kami berada di sana, saat itu sedang berlangsung sebuah acara keagamaan. Kami tetap diperbolehkan masuk namun hingga batas akhir dari bangku-bangku gereja. Dalam katedral ini, foto dilarang, entah karena sedang berlangsung acara sakral atau memang begitu peraturannya. Saran saya, lihatkah dengan teliti pintu-pintu katedral ini, ukirannya begitu menakjubkan. Karena pahatan yang terukir merupakan sejarah dari kota Pisa.

Bicara sedikit mengenai sejarah, kota Pisa dulunya ternyata sempat dikuasai oleh pembajak arab, tepatnya bangsa Saracen. Nama Saracen digunakan pada abad pertengahan karena istilah Islam atau Muslim belum ada. Dan Saracen biasanya digunakan pada abad tersebut untuk menunjukan bangsa Arab yang hidup di padang pasir juga perompak Arab.

Nah, bangsa Saracen inilah yang berhasil mengambil kekuasaan kota Pisa di tahun 1004. Kemudian di tahun 1011, para pembajak merampas harta benda penduduk di sini, menurut keterangan sejarah yang saya dapat dari turis informasi. Akhirnya pada tahun 1015, para pejuang pisa yang dikomandai oleh Laksamana Jacopo Cuirini, berhasil mengusir pembajak Arab.

Kota Pisa terletak di kedua tepian sungai Arno, beberapa kilometer dari pantai Tyrrhenian. Saat ini kota yang menjadi ibukota provinsi Tuscany ini, memiliki penduduk sekitar 92.000. Bayangkan, jumlah penduduknya dibandingkan banyaknya turis yang datang mengunjungi kota ini sekitar satu juta tiap tahunnya!

Kota Pisa juga sangat terkenal akan warisan kaya seninya. Perpaduan dari karya abad pertengahan, pengaruh Islam dan lombards. Karena diawal abad ke 7 kota Pisa tergantung kepada keluarga lombards di kota Lucca. Kota Pisa mendapatkan penghasilan utama dari jasa, pariwisata dan industri tektil, kaca, kimia dan mekanik. Cukup banyak bagi sebuah kota kecil. Dan hebatnya lagi, di kota ini terdapat sebuah universitas bergengsi yang sangat terkenal di Italia.

Jujur saja kami tak menaiki menara Pisa! Kenapa? Karena begitu saya mendengar sejarah dan juga analisa para ilmuwan mengenai kerapuhan si menara akibat terlalu banyaknya wisatawan yang memasukinya, kami memutuskan untuk tidak menaiki menara terkenal tersebut. Bisa menyentuhnya dan memandangnya sudah cukup bagi kami. Meskipun si sulung sempat cemberut!!

Di kota Pisa ini, saya menyimpan sedikit kenangan, yaitu saat membeli souvenir untuk oleh-oleh keluarga di Indonesia. Saya sudah memilih beberapa miniatur menara Pisa dan pernak pernik lainnya. Saya tanyakan berapa jumlahnya, lantas si penjual pun menyebutkan jumlah uang yang harus saya keluarkan, lumayanlah! Namun sebelum membayar, Adam ribut ingin membeli sebuah sebuah miniatur kota Pisa, dengan uang sakunya. Harga miniatur tersebut hanya 3 euros.

Saat saya hendak membayar, si penjual yang sibuk terus dengan pembeli yang datang, langsung berkata: "3 euros saja..." dalam bahasa Inggris. Saya sampai kaget! Walah kok murah banget ya? Saya tanyakan, Anda yakin dengan semua yang saya beli tadi? Dirinya langsung kaget, "Ohhh... saya kira Anda sudah membayarnya tadi," serunya sambil memegang pundak saya.

Saat saya membayar, si penjual berkata kepada kami berdua, "Ambil saja souvenir di atas meja situ," katanya sambil menunjuk dengan telunjuknya, dimana di atas meja tersebut terdapat banyak kotak berisikan pernak pernik souvenir. Lalu tambahnya lagi, "Ambilah barang dua atau tiga." Saya heran, maksud bapak apa ya? Kata saya bingung. Masalahnya saya merasa sudah cukup membeli. Ternyata dirinya meminta saya mengambil, beberapa souvenir tanpa harus membayar, gratis!!

Katanya, karena tadi saya dan anak saya jujur, maka dirinya tak jadi merugi dan dengan senang hati memberikan kado sebagai tanda terima kasih. Ahhhh saya sempat dibuat terharu....

Bukannya apa-apa, terus terang, selama saya berada di Firenze, saya merasa penduduk di kota tersebut tak terlalu ramah. Entah berapa kali, kami hampir terserempet mobil karena mereka tak peduli saat kami sedang menyeberang atau dibentak-bentak penjual yang tak senang dengan kedua anak kami yang dianggap terlalu banyak memegang barang. Mungkin kami yang terlalu perasa kali ya? Tapi ternyata, teman saya yang orang Perancis pun merasakan hal yang sama... Kata mereka, sulit banget sih orang Italia tersenyum.

Dan sekarang, bapak tua di depan saya, malah dengan ramahnya meminta saya mengambil beberapa barang jualannya secara gratis. Sepertinya, memang liburan saya dan keluarga di Italia harus ditutup dengan baik. Bahkan bukan hanya baik, tapi nikmat, karena setelah lelah mengunjungi obyek-obyek wisata, di depan kami di atas meja terhidang makanan super enak dan nikmat dipandang mata. Spaghetti seafood, pizza mozarella, gnocchi empat rasa keju, dan ikan laut saus tomat menjadi menu kami mengisi perut yang sudah keroncongan sejak tadi. Tak ketinggalan tentunya kopi hitam italia yang super nikmat terseduh.

Hari itu adalah hari terakhir bagi kami berada di Italia. Ada rasa mengganjal di hati. Sekali lagi hati kami harus berbagi. Setiap kali kami mendatangi sebuah tempat dengan budaya dan bahasa berbeda, selalu terasa seolah sepotong hati tertinggal dan yang terbawa oleh kami sebuah kenangan penuh kekayaan yang kami usahakan untuk selalu mengenangnya hingga butiran kecil.... (Dini Kusmana Massabuau) (Tamat)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha